Melihat Kondisi Desa Salua yang Terdampak Gempa

DSC_0562Setelah 12 hari tim Rumah Relawan Remaja (3R) berada di kota Palu bersama relawan Mapala Univ. Muhammadiyah Palu, tanggal 16 siang saya bergerak ke salah satu desa di pedalaman kabupaten Sigi, yaitu Desa Salua. Desa ini terletak di kecamatan Kulawi. Berjarak lebih kurang 3 jam perjalanan dari kota Palu. Kali ini, tim 3R  bergabung dengan relawan dari SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia, relawan  dari kabupaten Luwuk, relawan Univ. Muhammadiyah Palu.  Selain ingin melihat kondisi di sana, tim 3R juga membawa bantuan pakaian layak pakai untuk warga.

Saat tiba di desa Salua, tepatnya di dusun 3, saya melihat warga sedang mengantri menunggu  pembagian bantuan yang diberikan oleh para relawan yang datang dari berbagai tempat. Tim 3R menuju ke posko yang berada di Sekolah Inpres Salua yang berada di sebelah kanan jalan desa ini.

Saat berjalan memasuki posko, sebuah tenda sederhana dan tenda pleton terlihat. Bagian belakang dan samping kiri tenda pleton terlihat puing-puing bangunan sekolah yang hancur total.

Malam di hari tim 3R tiba, disusunlah agenda untuk menonton bersama. Akhirnya semua anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak dengan antusias menonton film yang ada di laptop saya pada malam itu.

* * *

Keesokan harinya, tim 3R berjalan mengelilingi dusun dan berjumpa dengan masyarakat. Seorang bapak yang sedang menjemur coklat mulai bercerita kepada tim 3R. Dia bercerita bahwa pada saat gempa, dia sedang berada di rumah mau shalat magrib. Bapak itu sempat terjatuh dan segera membawa anaknya ke luar rumah. Rumahnya hancur dan sekarang tinggal di tenda pengungsian seadanya. Kemudian datang ibu-ibu juga bercerita pada saat terjadi gempa.

Kegiatan tim 3R selama disana adalah membantu program yang dibuat oleh SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia, yaitu membuat sekolah darurat, memperbaiki saluran air, membongkar bangunan SD, kelompok belajar, TPA, distrisibusi bantuan dan siaga medis.

Setiap pagi, selama tiga hari, tim 3R membongkar bangunan SD, memindahkan dan membersihkan reruntuhan ke tempat lain agar bisa dibangun sekolah darurat.  Sedangkan nuna, setiap pagi dan sore melakukan aktifitas dengan anak-anak, bermain, bernyanyi, belajar bahasa korea dan memberikan hadiah kepada anak-anak.

Ditulis oleh Ihsan

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *