Indonesia, negeri yang katanya paru-paru dunia adalah negeri yang menjadi salah satu penyumbang karbon dioksida ke atmosfer. Indonesia, negeri yang katanya hidup berasaskan pancasila, adalah negeri yang masyarakatnya tak berkontribusi terhadap kerusakan alam. Indonesia adalah negeri yang “katanya” seperti ini.
Masih saja kita hidup dalam bayang-bayang eloknya negeri ini di balik kabut asap siang hari. Saat berjalan saja seakan napas ini terhenti. Satu-satunya cara agar pandangan ini tetap sama adalah dengan memakai kacamata tiga dimensi bergambar “Indonesia bagus”. Negeri nan elok ini adalah “bunga desa” yang ternodai dari ujung rambut hingga kaki.
Puluhan kali kita melihat berita di surat kabar, mengamati negeri kita sedang tidak baik-baik saja. Kebakaran di Riau memang menambah perih hati ibu pertiwi dan mengulang kembali dosa tak berperi. Kondisi ini seakan kian menggugat perasaan rakyat di ujung asa. Duka nestapa yang membawa kita pada kekecewaan yang mendalam terhadapa kinerja pemerintah dalam menanggulangi kerusakan hutan adalah wajar. Tapi membebani dan berharap terus kepada mereka hanya akan menambah luka.
Kali ini memang terasa perih sampai air mata menetes tatkala anak-anak digendong ke rumah sakit karena sesak. Perubahan iklim yang semakin memburuk dari hari ke hari disertai dengan nyanyian para koruptor yang tampil sebagai wakil rakyat menghiasi layar televisi. Tak akan terasa jika kita hanya duduk berdiam diri di ruang ber AC bersembunyi seperti para pejabat dan memperkirakan siapa yang layak bertanggungjawab atas peristiwa ini.
Perlu kita ketahui bersama bahwa terdapat kandungan berbahaya dalam kabut asap seperti karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3). Olehnya, kebakaran hutan bersamaan dengan kabut asap dapat memicu berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, kekurangan oksigen, asma berat, pemicu kangker dan penyakit lainnya.
Kebakaran hutan melepaskan karbon dioksida dalam jumlah banyak yang akan membahayakan bumi dan makhuk hidup di sekitar. Hal ini sangat berdampak terhadap aktivitas manusia di bumi, seluruh kehidupan akan terancam, suhu panas meningkat, es mencair, kemiskinan serta kelaparan kian tak berperi, kebutuhan hidup akan semakin merusak sistem kehidupan itu sendiri.
Untuk kita renungi bersama bahwa ribuan hektar lahan terbakar dan kita masih di sini, hewan-hewan mati dan kita masih memantau dari layar televisi. Kita adalah masalah bagi negeri ini dan kita akan mati jika terus begini. Yang kita butuhkan adalah aksi sampai masalah ini teratasi. Sampai titik darah penghabisan berhenti, sampai saat itu kita adalah pemenang sejati bagi negeri ini.
Ditulis oleh Kasumah