Butuh berbagai persiapan untuk mendaki sebuah gunung, misalnya persiapan fisik dan peralatan. Tapi yang lebih penting adalah persiapan keyakinan. Begitulah yang dirasakan oleh 6 orang Guru Pustaka Kampung Impian yang melaksanakan pendakian Gunung Seulawah Agam.
Sejak hari Jumat (21/9), para guru impian; sebutan untuk relawan guru program Pustaka Kampung Impian, memulai pendakian di gunung yang berketinggian 1.800 mdpl. Mereka juga ditemani oleh tim dari Rumah Relawan Remaja (3R). Pendakian ini merupakan orientasi fisik sebelum penempatan mereka ke desa-desa terpencil.
Di hari pertama, karena lokasi camping tidak jauh dari pintu rimba, tidak ada kendala yang berarti yang ditemui. Hari pertama dilalui dengan menikmati malam dengan pemandangan bulan yang indah dan dinginnya malam yang cukup membuat dingin. Di hari kedua (22/9), hari dimana pendakian menuju puncak dimulai. Setelah berbenah di camping site yang dipilih yakni di dekat tanggul, pukul 08.00, semuanya mulai bergerak dengan tanjakan berbatu yang dilalui. Perjalanan ini harus ditempuh lebih panjang dari biasanya, karena tim harus menyesuaikan dengan langkah beberapa orang yang baru pertama kalinya mendaki gunung. Ini bukan masalah karena sebuah pendakian bukanlah perlombaan untuk mencapai puncak. Hujan yang datang juga menjadi pelengkap keterlambatan langkah yang terseok. Akhirnya sekitar pukul 21.30, tim tiba di puncak dengan selamat. Meskipun disambut hujan, mereka tetap melaksanakan tugas masing-masing, misalnya mendirikan tenda dan melaksanakan piket masak. Hari ketiga (23/9), hujan masih setia menemani. Akhirnya tim pun memutuskan mulai bergerak turun pukul 13.30. Kondisi jalanan yang licin, membuat semuanya bisa sampai kembali di pintu rimba sekitar pukul 22.00. Beberapa wajah Nampak lelah, tapi banyak pelajaran yang diperoleh.
“Ini pertama kalinya saya mendaki. Saya mendapatkan banyak pengalaman berharga,” tutur Icut, seorang guru impian yang hobi membaca puisi. Kesan mendalam juga dipaparkan oleh Mila, seorang guru impian yang berpengalaman menangani anak-anak hiperaktif. “Tim yang ada di 3R ini sangat menguatkan saya. Saya tidak tahu bagaimana jika saya berjalan dengan tim yang lain. Mereka sangat sabar dan terus menyemangati saya yang baru pertama kalinya mendaki gunung. Kebersamaan ini menjadi salah satu bukti tentang persaudaraan tanpa ikatan darah,” ucapnya dengan terharu.
Pernyataan-pernyataan singkat dari 2 guru impian ini menjadi sebuah bukti tentang pentingnya pendakian sebagai rangkaian untuk orientasi fisik yang memang rutin dilaksanakan oleh 3R. Orientasi fisik ini bukan hanya sekadar melatih fisik para relawan khususnya guru-guru impian yang akan ditempatkan di desa-desa terpencil dengan berbagai jenis bentang alam, tapi melatih soft-skills dan hard-skills mereka misalnya kerjasama tim, kontrol diri, keyakinan untuk bisa mencapai apa yang diinginkan dan lain-lain.
Berbagai pengalaman berharga didapatkan oleh para guru Pustaka Kampung Impian di Gunung Seulawah Agam yang mereka tuangkan dalam berbagai cerita sepulang dari pendakian maupun dari postingan di media sosial mereka. Cerita-cerita mengesankan itu semoga memberi pelajaran hidup yang baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.