Jurang kesenjangan semakin besar, kita bisa mendapatinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebut saja, misalnya kesenjangan kehidupan di bidang ekonomi, pendidikan dan agama.
Dari segi ekonomi, kita bisa mendapati banyak orang yang sangat kaya. Sementara di dekat-dekat mereka bertebaran juga banyak orang miskin. Hal ini terjadi karena orang kaya tersebut hanya berpikir untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, bahkan hingga untuk keturunan mereka. Mengapa mereka tidak berpikir untuk meninggalkan warisan dalam bentuk non-materi kepada generasi penerus mereka?
Dari segi pendidikan, berapa banyak jumlah orang pintar yang terus berusaha berjuang menjadi semakin pintar, menempuh pendidikan terbaik di universitas terkenal di dunia ini? Sementara, bertebaran pula orang-orang yang tidak bisa mengakses pendidikan, bahkan pendidikan dasar sekalipun. Mengapa orang-orang pintar ini tidak tergerak untuk menggerakkan orang-orang “kecil” hingga akses pendidikan terbuka lebar juga?
Dari segi agama, kita melihat banyak orang-orang yang sangat memahami agama. Di sisi lain, ternyata masih banyak orang, bahkan orang muslim dewasa sekali pun belum memahami gerakan shalat dengan benar. Contohnya saja di Desa Serempah, tempat Rumah Relawan Remaja (3R) berkegiatan. Melalui pengamatan langsung guru pustaka kampung impian (salah satu program 3R), masih banyak masyarakat desa Serempah yang belum mengetahui gerakan-gerakan shalat. Kenapa tidak, para ulama atau santri mendatangi daerah-daerah terpencil seperti Serempah, tinggal dalam periode tertentu dan berbagi tentang agama kepada masyarakat setempat?
Jurang kesenjangan ini bisa diperkecil dengan orang-orang sederhana sebagai perantara. Orang-orang yang memperkecil jarak jurang kesenjangan yang semakin hari semakin besar.Orang-orang yang hidupnya sederhana, tidak terjebak pada pola pikir dan perilaku memiliki banyak hal. Pada akhirnya, maukah kita menjadi orang sederhana, orang-orang yang memperkecil jarang kesenjangan yang semakin besar? Jawabannya, ada dalam diri masing-masing.
Penulis : Rahmiana Rahman (Relawan Rumah Relawan Remaja)