MENCARI ALTERNATIF KEHIDUPAN

Desa Rinon, Pulo Aceh

Pada zaman dahulu, manusia hidup berkelompok-kelompok di alam bebas. Kemudian muncullah peradaban-peradaban, budaya-budaya, adat istiadat dan cara hidup yang didasarkan pada nilai-nilai spiritual dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan sekitar.

Di dunia ini ada beberapa makhluk ciptaan Tuhan yang harus hidup berdampingan dan saling mengisi kekosongan, saling membantu dan menghargai satu sama lain. Tidak jarang ada aturan-aturan adat yang melarang masyarakat untuk merusak alam, bahkan masyarakat sendiri memegang teguh aturan tersebut tanpa ada paksaan. Itu dikarenakan alam ini (hutan, gunung, laut dan sebagainya) adalah kehidupan yang patut dilestarikan untuk keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Sungguh kejeniusan orang-orang yang hidup pada zaman dahulu, peraturan yang mereka tetapkan tidak terlepas dari nilai-nilai keadilan tanpa ada yang merasa dirugikan.

Menurut hemat saya, tidak begitu halnya di zaman modern ini. Manusia telah bertransformasi dari kehidupan sederhana yang sejahtera ke kehidupan yang mengedepankan nilai-nilai kompetisi dan persaingan. Manusia sudah dimanjakan dengan teknologi yang tidak mempertimbangkan makhluk-makhluk lain di muka bumi ini yang tertindas dikarenakan oleh hal tersebut. Dunia ini nampaknya telah hilang keseimbangan dikarenakan eksploitasi besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan manusia yang hidup dengan teknologi. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya bencana alam yang terjadi. Selain itu, kapitalisme dan mammonisme merebak luas – yang kaya semakin kaya, yang miskin mati kelaparan. Hal itu diakibatkan nilai-nilai sosial dan moral  yang sudah mulai menghilang.

Lantas, adakah solusi dari ketidakseimbangan dunia ini? Tentu saja ada, kalau kita benar-benar mau merubahnya. Kita bisa hidup berhemat, menggunakan barang-barang seperlunya, menjaga kebersihan di sekitar kita, mempertimbangkan penggunaan barang-barang yang dapat merusak atau mencemari lingkungan. Itu beberapa hal-hal kecil yang dapat kita lakukan segera.

Kemudian, bagaimana dengan kehidupan sosial? Kita bisa mengembangkan nilai-nilai hidup berkomunitas serta bermasyarakat dengan mengedepankan nilai- nilai kehidupan, keadilan dan perdamaian. Bekerja bersama dalam sebuah kelompok dan mendapatkan keuntungan bersama juga merupakan salah satu usaha untuk hidup sederhana dan sejahtera.

Memang tidak mudah untuk merubah paradigma yang ada dalam masyarakat. Tapi, yakinlah kita bisa mulai walaupun seperti setetes air di dalam lautan, meskipun hanya mengandung 3% garam menjadikan air laut menjadi asin. Mari kita buat tetesan-tetesan baru yang lama-kelamaan akan mempengaruhi paradigma. Tentunya itu dapat kita lakukan dengan latihan-latihan.

Nah bagaimana dengan kita? Sekarang kita yang memutuskan kehidupan kita sendiri. Kita mau hidup sederhana, sejahtera dan tetap berdampingan dengan alam atau hidup kaya raya dan dimanjakan dengan teknologi sehingga kita menghilangkan nilai-nilai spiritual dan kehidupan sosial? Entahlah, kita yang memutuskan.

Ditulis oleh Perdana Romi Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *