Sebuah Keinginan  Melihat Baling Karang Menjadi Desa yang Sejahtera 

DSC_8888

Saat mengundang Sri, salah satu peserta Kelas Menjahit ke Banda Aceh, dengan bahagianya dia berkata “buah yang dulu ditanam, sudah bisa kita makan.” Ucapan Sri itu pun saya pun buktikan saat berkunjung kembali ke Balingkarang tahun 2019 ini. Saya juga menjadi bahagia melihat pohon yang kita tanam bersama 3 tahun yang lalu sudah bisa dinikmati hasil buahnya oleh masyarakat desa

Ingatan saya pun kembali saat awal-awal memulai program tanam pohon buah di desa Balingkarang ini. Ide yang berasal dari kegelisahan karena sulitnya menemukan buah, termasuk buah kelapa yang sebenarnya sangat mudah tumbuh dan didapatkan pada kondisi tropis yang ada di Indonesia. Yang mudah didapatkan justru tanaman sawit yang bagi masyarakat desa bisa meningkatkan perekonomian. Buktinya, sampai sekarang meskipun tanah mereka luas, sawit-sawit tidak bisa tumbuh dengan baik. Harga sawit juga sangat murah, hingga Rp. 400 per kilogram. Selain berkebun sawit, mata pencaharian orang di desa ini apalagi laki-laki adalah menebang kayu. Hampir semua laki-laki ke hutan untuk menebang kayu meskipun mereka tahu bahwa menebang pohon itu tidak baik. Mereka lakukan karena berpikir tidak ada lagi cara lain menghasilkan uang.

Setelah melihat hasil tanam pohon buah itu, kita pun mencoba menanam pohon buah lagi saat melakukan kegiatan Peace Camp 2019. Kita mulai berpikir bahwa menanam pohon buah  sangat baik. Kita di 3R sudah mau mulai membuat kebun buah kecil dengan salah satu warga di sana. Kita berharap ini akan bisa menjadi contoh, semoga warga masyarakat lain mau mengikuti jalan ini. Semakin banyak yang mengikuti langkah menanam pohon buah membuat masyarakat desa bisa mendapatkan buah untuk dinikmati. Mereka juga bisa mendapatkan penghasilan apalagi tanah mereka sangat luas. Situasi ini semoga membuat mereka tidak menebang pohon lagi,

* * *

Setelah melihat pohon buah yang tumbuh dengan sangat baik di desa Balingkarang, serta keinginan bersama seorang warga memulai kebun buah, menjadi perubahan positif yang bisa dikembangkan di desa ini. Perubahan positif ini membuat saya  semakin senang.

Perasaan senang saya lagi-lagi bertambah saat melihat bangunan sekolah di Balingkarang yang menunjukkan perubahan sangat positif.  Kondisi yang saya lihat saat ini sangat jauh berbeda dengan kedatangan saya pertama kalinya di tahun 2011. Waktu itu, belum ada sekolah sehingga anak-anak harus ke seberang desa. Menurut saya, perubahan baik itu terjadi karena kita rutin mengunjungi desa Balingkarang. Dulunya, tidak ada sekolah, lalu terbangunlah sekolah meskipun dengan bangunan yang tidak layak dan kondisi guru yang kadang hadir, kadang tidak hadir. Kini, saat berkunjung pada Peace Camp 2019, saya melihat sekolah sangat bagus dengan lingkungan bersih dan tertata rapi, toilet yang bersih, taman yang asri di halaman sekolah, karya anak-anak yang tertempel di dinding-dinding sekolah, barang-barang bekas dijadikan hiasan dan mainan. Pemandangan ini membuat saya takjub. Saya merasa perubahan kondisi sekolah ini karena kita telah melaksanakan program Pustaka Kampung Impian 3 tahun lalu.

Kesadaran untuk melanjutkan sekolah juga semakin meningkat. Dulu, sangat susah mencari masyarakat yang lulus SMP. Bahkan, 8 tahun yang lalu, sangat susah mencari Kepala Desa karena lulusan SD pun susah dicari. Kini, dengan kemudahan akses transportasi “getek” yang dimiliki oleh desa, masyarakat semakin mudah ke seberang untuk melanjutkan ke SMP.

Kondisi sekolah dan meningkatnya keinginan mendapatkan pendidikan yang lebih baik membuat saya sangat terkesan, sebagai hasil dari sebuah keinginan melakukan perubahan yang lebih baik dari sebuah desa.

* * *

Mengembangkan sebuah desa butuh kerja bersama dan perencanaan yang bagus. Saya berpikir bahwa kita harus merencanakan Pustaka Kampung Impian dengan konsep nyata yang bisa memajukan kampung. Kita mengajarkan secara teori dan mempraktekkannya bersama masyarakat setempat. Apalagi, anak-anak yang ikut program kita ini 10 tahun mendatang akan tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang berguna untuk kampung mereka.

Beberapa tahun kedepan, saya membayangkan bahwa kelak, desa Balingkarang akan ditumbuhi dengan berbagai jenis pohon buah seperti mangga, rambutan dan lainnya. Masyarakat di sana juga semakin mampu mengelola potensi desanya karena sudah banyak yang memiliki pendidikan yang berguna untuk mengembangkan desa mereka.

Kini, saya tidak tahu banyak tapi saya harus coba sesuatu yang bisa membuat Baling Karang menjadi kampung sederhana tapi sejahtera.

Ditulis oleh Perdana Romi Saputra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *