Belajar Dari Sosok Seorang Guru di Desa Baling Karang

Perjalanan berlanjut ke desa Baling Karang. Untuk sampai di desa ini, saya memerlukan waktu yang begitu lama dari kota Banda Aceh. Berkilo-kilo meter harus saya tempuh, mulai dari jalan yang bagus sampai jalan yang tidak bagus untuk tiba di desa yang menyimpan berjuta kejutan, membuat saya berdecak kagum dan tak berhenti untuk bersyukur.

 

Kekaguman saya berlanjut ketika saya berjalan-jalan mengelilingi desa. Di sana, saya melihat sebuah gedung yang begitu kokoh. Ketika mendekati gedung itu, barulah saya mengetahui bahwa gedung yang kokoh itu adalah sekolah. Rasa penasaran semakin mengebu-gebu untuk mengetahui tentang sekolah itu. Saya terus melanjutkan langkah menuju sekolah yang sangat menarik perhatian saya. Pada pertengahan jalan, saya dibuat terkejut dengan keadaan ruang dan fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut. Sekolah tersebut tidak seperti biasanya. Sekolah pedalaman yang memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang pembelajaran. Sekolah ini memiliki bebeapa unit koputer yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembelajaran. Hampir semua murid dapat mengoperasikan komputer tersebut, terutama yang mereka gunakan adalah untuk mengetik atau menuliskan karya-karya yang mereka buat. Raut wajah mereka begitu bahagia karena mereka bisa menggunakan komputer layaknya anak-anak yang bersekolah di kota.

 

Saya yang masih berada di tengah anak-anak masih menikmati kebahagiaan yang mereka rasakan dan senyuman yang menggambarkan ketulusan. Selama saya bersama mereka, saya tidak pernah melihat mereka berkelahi karena berebut  pada saat menggunakan komputer. Tidak hanya disitu, lagi-lagi saya di buat kagum oleh suasana kelas yang ada. Kelas tersebut mengambarkan ada tangan-tangan guru yang kreatif dibalik kelas yang nyaman. Kelas sederhana tetapi memiliki pojok baca yang dibuat untuk anak-anak agar dapat membaca dengan nyaman, dan menimbulkan minat baca  pada anak. Ketika melihat keadaan kelas yang seperti ini membuat saya penasaran ingin bertemu dengan guru yang kreatif itu.

 

Pada akhirnya waktu mempertemukan saya dengan orang kreatif tesebut. Dia adalah Bu Rodhiah. Beliau adalah salah satu guru yang mengajar di SD Baling Karang. Bu Rodhiah adalah guru pertama yang mengajar di SD tersebut. Ia sudah mulai mengajar ketika kelas SD tersebut belum menggunakan meja dan kursi, melainkan hanya menggunakan selembar tikar. Namun demikian, anak-anak tetap semangat dalam belajar. Sama halnya seperti anak-anak yang memiliki semangat, begitu juga dengan Bu rodhia yang memiliki semangat yang tinggi dalam mengajarkan anak-anak dengan fasilitas yang seadanya. Guru ini memiliki alasan yang kuat untuk terus memiliki semangat yang tinggi dalam mengajar karena beliau berharap anak-anak Baling Karang mampu mewujudkan cita-cita mereka. Beliau juga berharap anak-anak di sini bisa banyak tahu tentang dunia walaupun sekolah mereka berada pedalaman.

 

Sosok bu Rodhiah mengajarkan saya tentang arti ketulusan yang sesungguhnya. Beliau tidak pernah berharap pamrih dari apapun yang dia lakukan untuk  sekolah dan anak-anak. Setiap perjuangan yang dia lakukan hanya berharap anak-anak mampu melanjukan pendidikan ke jenjang yang lebih baik lagi dan tinggi agar anak Baling Karang semakin pintar. Sosok beliau seakan-akan menggambarkan dirinya sebagai air di tengah gurun pasir.

 

Ditulis oleh Karmila, Guru Impian 2018-2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *