Ditulis oleh Desti Sonia Putri
Halo semua! Kembali lagi bersama tulisan Sonia. Kali ini, aku mau membagikan ceritaku kala persiapan Festival Pustaka Kampung Impian di Desa Baling Karang, desa pelosok yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang. Persiapan acara kali ini tidak jauh berbeda dengan persiapan festival di desa sebelumnya yang aku kunjungi sebagai Relawan Guru Impian, mulai dari pengaturan susunan acara hingga persiapan penampilan-penampilan memukau dari anak-anak desa, seperti penampilan tarian, baca puisi, pantun, pembacaan surat pendek dan masih banyak lagi. Namun yang paling utama dari puncak acara ini adalah menampilkan karya-karya anak desa selama belajar sebulan penuh bersama Guru Impian. Contoh karya anak-anak seperti lukisan, gambar-gambar serta tulisan-tulisan anak selama proses belajar yang kemudian kami kumpulkan setiap harinya. Antusias serta semangat anak-anak sangatlah tinggi dalam menyambut festival ini karena festival kali ini agaknya ada yang lebih spesial dari festival sebelumnya. Selain adanya pameran karya dan penampilan bakat anak-anak, kami sepakat untuk menambahkan beberapa kegiatan bersama masyarakat desa Baling Karang untuk turut memeriahkan acara ini dengan beberapa permainan seru, seperti permainan tarik tambang antar pemuda-pemudi desa, anak-anak, hingga ibu-ibu. Juga ada permaian estafet bola untuk menambah keseruan anak-anak.
Walau terasa seru dan menyenangkan, bukan berarti tidak ada kendala apapun selama persiapan acara Festival Pustaka Kampung Impian kali ini. Suka duka kami lalui selama sebulan di Desa Baling Karang, namun pada akhirnya semua duka itu tetap berubah menjadi suka. Penempatan di Desa Baling Karang ini aku mendapat tanggungjawab untuk belajar bersama anak-anak Kelas Membaca Dasar. Namanya anak-anak, sering kali kumaklumi saja ketika ada hal-hal yang kadang kala membuatku harus menghela nafas panjang karena ulah mereka. Bagaimana tidak? Untuk kita orang dewasa yang mengharapkan kefokusan pada proses belajar anak sungguh tidak bisa kita paksakan. Apalagi, mengingat kefokusan anak pada satu hal hanya bisa terjadi beberapa saat saja, paling tidak setengah jam atau bahkan lebih minim. Jadi, di sini aku juga belajar menyelaraskan banyak alternatif dengan gaya belajar anak. Karena hal tersebut tidak hanya terjadi ketika belajar dalam konten harian saja, namun aku juga merasa sedikit kewalahan pada proses latihan anak-anak untuk menampilkan tarian Man Ana untuk acara puncak festival. Mengingat anak-anak Kelas Membaca Dasar sangat antusias dengan tarian-tarian yang ditampilkan oleh kakak kelas, jadi aku berinisiatif mengajak mereka untuk menampilkan tarian Man Ana yang kebetulan belum pernah mereka pelajari sebelumnya. Setiap anak tentu berbeda gaya belajarnya. Ada yang cepat menghafal gerakan dan tentu saja ada yang sedikit lambat mengikuti gerakan dan irama tarian tersebut, apalagi dengan durasi latihan selama kurang dari satu bulan. Ketika latihan pun, anak-anak mudah sekali terpengaruh suara-suara dari luar barisan yang kemudian membuat mereka hilang focus. Hal itu membuatku harus lebih ekstra dalam bersuara supaya mereka mendengarkan. Kadang-kadang, aku sendiri bahkan sedikit geram dan sangat kewalahan menghadapinya sehingga aku mencari tempat yang sedikit lebih tenang untuk mereka latihan.
Banyak hal yang terjadi selama proses persiapan festival. Hal itu semua kujadikan sebagai cara aku belajar mengontrol emosi dengan anak-anak, serta selalu kuingat bahwa anak-anak memiliki dunianya sendiri. Ketika sedang lelah, bosan atau hilang fokus, kadang kala aku harus membiarkan itu mengalir dengan sendirinya, membiarkan mereka dengan dunianya sejenak karena kemudian ia akan kembali pada apa yang kita arahkan. Kusimpan rasa geram, cemas bahkan kesalku. Apalagi ketika aku melihat antusias serta betapa semangatnya mereka latihan membuatku ikut bertahan dan lebih semangat saat melatih mereka. Lelah dan geram tentu, tetapi semua akan hilang berbarengan dengan tingkah lucu dan menggemaskan dari mereka. Namun yang pasti, setiap kali mengadakan festival, kami berusaha melatih kepercayaan diri anak untuk berani tampil di atas panggung. Anak-anak yang sudah memiliki percaya diri yang tinggi dengan senang hati kami akan mendukung mereka, apapun yang mau mereka tampilkan selagi itu masih dalam ranah positif. Semua proses persiapan itulah yang menjadi poin penting menurutku.
* * *
12 Juni 2022. Minggu yang sibuk dengan serangkaian kegiatan Festival Pustaka Kampung Impian. Sesuai yang sudah direncanakan, agenda-agenda berjalan lancar. Bahkan, ada agenda tambahan pembagian bibit tanaman buah yang menjadi juga merupakan rangkaian festival.
Pada malam puncak, semua berlangsung dengan lancar. Anak-anak tampil dengan semangat. Penonton juga riuh menyemangati dan memberi apresiasi pada setiap penampilan anak-anak. Bahkan, para penonton barulah pulang satu per satu usia nonton bareng aktivitas sebulan kami bersama anak-anak. Bahkan, para pemuda setempat, masih dengan senang hati menemani kami merapikan ragam perlengkapan usai festival berhasil dihelat.