Ditulis oleh Tajudin
Pada awalnya, saya melihat postingan seorang kawan mengenai perekrutan Guru Impian di salah satu lembaga kemanusiaan bernama Rumah Relawan Remaja (3R). Namun saat tahun 2018 itu, saya merasa sangat sulit untuk melewati berbagai tes yang telah disiapkan. Di tahun ini, saya melihat lagi informasi yang sebelumnya saya simpan terkait perekrutan Guru Impian 2021-2022. Walau begitu, saya tidak langsung mengirimkan biodata dan formulir pendaftaran, saya tunggu hingga hari terakhir penerimaan berkas.
Informasi selanjutnya saya dapatkan dari Whatsapp untuk mengikuti seleksi wawancara karena telah melalui seleksi berkas. Untungnya, seleksi wawancara dilaksanakan melalui google meet, untuk para pendaftar dari luar Banda Aceh. Saya pun akhirnya bertemu secara virtual dengan Kak Ammy dan Bang Nanda yang sebelumnya saya lihat melalui akun Youtube 3R dengan judul “Menjawab Pertanyaan Perekrutan Relawan Pustaka Kampung Impian Periode 2020-2021.”
Di hari wawancara itu, tepatnya pada hari Sabtu, 4 September 2021 pukul 09.30 WIB di salah satu warung kopi langganan yang ada di Kota Panton Labu, masuklah sebuah pesan Whatsapp “Hi de, sudah siap wawancaranya?” Saya balas “Ni lagi masuk wifi. Sudah kak.”
Wawancara pun diisi dengan berbagai pertanyaan dari kedua perwakilan 3R. Ada pertanyaan tentang kepemimpinan, kepedulian kepada lingkungan, perbedaan serta tema-teman lain yang membuat saya berpikir banyak.
* * *
Sabtu, 18 September 2021
Di pagi hari Sabtu yang segar ini, saya memulai dengan mandi pagi dan sarapan bersama-sama yang menjadi rutinitas di 3R. Alhamdulillah, sejauh ini saya sangat senang, walau terkadang saya pun suka terlambat. Ini tentu adalah proses berada dalam suasana yang penuh disiplin tapi tetap “mengingatkan dengan sopan”
Kegiatan awal setelah sarapan, saya dan para relawan lain bergegas ke perpustakaan di lantai 2 yang menjadi ruang pertemuan untuk menandatangani Kontrak Kerja selama setahun. Agenda ini dipimpin langsung oleh Kak Ammy selaku Ketua 3R.
Setelah menandatangani kontrak, kami pun memasuki sesi Orientasi Kurikulum yang diawali dengan Pengenalan 3R. Di sesi ini, kami mendapatkan pemahaman bahwa 3R bukan sekadar komunitas dengan berbagai program sosial tapi konsep hidup secara sederhana dengan mengedepankan perdamaian dan keadilan. Kami juga mendapatkan pemahaman bahwa struktur di 3R berbentuk lingkaran, dimana para relawan berada dalam satu lingkaran. Hal ini yang mungkin berbeda di kebanyakan organisasi dimana struktur organisasi berbentuk piramida.

Selain pengenalan 3R dan Pustaka Kampung Impian, Orientasi Kurikulum juga diisi dengan berbagai materi yang dibawakan oleh para relawan 3R serta materi pendukung seperti Teknik Bercerita, Menulis Kreatif dan Psikologi Perkembangan Anak.
Di minggu-minggu awal ini juga, interaksi bersama kawan terus bergulir. Interaksi itu terkadang bisa mengelitik hingga tertawa lepas, kadang juga membuatku malu.
* * *
Pada tanggal 28-30 September 2021, pukul 15 : 25, kami menuju Gunung Seulawah. Pendakian ini adalah aktivitas Orientasi Fisik. Kami berjalan dari tempat terakhir memarkir pick up di Saree. Setelah berjam beberapa jam melewati area kebun penduduk hingga memasuki Kawasan Gunung Seulawah Agam, kami pun memasang tenda setelah melewati papan bertuliskan Selamat Datang di Pintu Rimba.
Saya merasa begitu gembira, karena ini adalah pengalaman pertama berpetualang di gunung Seulawah Agam yang namanya telah diabadikan sebagai nama pesawat terbang pertama yang ada di Indonesia yaitu RRI 001 Seulawah Agam.
Semua kesan di hari itu kutuliskan dalam tenda. Setelah itu, saya pun bergabung dengan teman-teman di luar tenda yang sedang menghidupkan api unggun untuk kehangatan dan keamanan lingkungan kamp kami. Bagiku, itu sangat menyenangkan. Apalagi, saya juga diajak Wali untuk mencari kayu bakar. Selanjutnya, pembicaraan beragam tema pun terjadi, termasuk tentang nasehat untuk tidak berbohong, sekecil apapun itu.
* * *
Perjalanan di hari kedua di Gunung Seulawah Agam dilanjutkan (29/9). Pintu Angin yang dulunya tidak ada pohon-pohon kecil menjadi tempat istirahat kami pada siang harinya. Di depan pintu angin terlihat Gunung Cempaga yang mendampingi Seulawah Agam.
Selanjutnya, di sore hari, hujan pun mulai mengguyur. Perjalanan memang tetap dilanjutkan. Tapi, setelah dipertimbangkan, kami pun beristirahat dan membuka tenda di area hamparan yang terletak sebelum Tangga Batu. Setelah keesokan harinya (30/9), barulah kami melanjutkan pendakian menuju Puncak Gunung Seulawah Agam. Masya Allah, sungguh sebuah kesyukuran bisa menjadi bagian dari pendakian ini.
Hal menarik lainnya selama pendakian adalah Salam, seorang anak berusia 3 tahun yang menyertai perjalanan kami. Hal menarik lainnya adalah kebahagiaan berativitas dengan Bang Romi dan Bang Ihsan yang sudah sangat berpengalaman, tapi tidak menampakkan senioritas.
Meskipun saya sempat terguling-guling 2 kali karena ranting yang saya injak rapuh, saya belajar banyak hal. Selain belajar kepemimpinan, Orientasi Fisik ini mengajarkan saya dan juga kawan lainnya tentang kepemimpinan, yang juga bisa ditumbuhkan dari kondisi lelah tapi tetap bisa bekerjasama, tentang manaemen waktu dan pelestarian lingkungan. Oya, saya juga melawan ketakutan yang fobia naik gunung karena khawatir sesak karena udara. Alhamdulillah, ketakutan itu tidak terjadi.
