Tahun ke dua program Pustaka Kampung Impian, kami kembali ke desa Rinon dengan tim yang berbeda. Aku masih memegang kelas yang sama, yaitu kelas membaca dasar, kelas anak-anak yang memang belum bisa membaca sama sekali. Anak-anak yang ku pegang tahun lalu Sebagian besar dari mereka sudah naik ke kelas membaca lanjutan, yaitu kelas untuk anak-anak yang sudah bisa membaca namun masih dalam keadaan terbata-bata/belum lancar. Hanya dua anak yang masih tinggal di tahun ke dua ini, yaitu Novita dan Nadia.
Nadia adalah anak yang sedikit istimewa, dia berbeda dengan anak-anak lainnya. Secara fisik Nadia menjadi anak yang paling besar di kelas membaca dasar, Nadia sudah duduk di kelas empat SD, tahun ini umurnya genap 12 tahun. Tapi Nadia masih kesulitan dalam mengenal dan membaca huruf-huruf. Sekilas saat kita tanya satu persatu, Nadia bisa menyebutkan huruf-huruf yang kita tunjuk tapi di lain waktu saat kita tanya kembali Nadia menyebut huruf tersebut dengan bacaan yang berbeda pula. Nadia tidak bisa konsisten dengan ingatannya. Nadia kerap menerka-nerka dan mengarang-ngarang huruf dan kata yang ia baca.
Terlepas dari kelemahannya dalam mengingat dan mengenal huruf, Nadia pintar membuat cerita dari sebuah gambar. Tunjukkan sebuah gambar dan mintalah ia untuk bercerita, maka Nadia mampu mengarang cerita dari benda-benda yang ia lihat dalam gambar tersebut. Namun sejauh ini kita belum punya cara bagaimana mengembangkan sisi lebihnya tersebut, karena untuk sisi kurangnya pun guru masih harus terus berusaha keras bagaimana membuat nadia bisa mengenal dan mengingat huruf dengan baik. Mengingat untuk anak seumuran Nadia, dia sudah jauh tertinggal dari kawan-kawannya.
Doakan semoga kami para Guru Impian terus bisa menemukan metode-metode baru dalam mengajar, sehingga tetap bisa melakukan yang terbaik untuk adik-adik kita!
Pustaka Impian
Guru Membaca Dasar, “Nurul”.