Minat Anak-Anak Sarah Baru dalam Membaca

Sarah Baru, desa tanpa sinyal

Kondisi sulit tanpa sinyal ini pernah saya alami dulu sebelum mengenal Rumah Relawan Remaja (3R). Bedanya, saya ditempatkan di pedalaman yang sangat jauh dari perkotaan. Akses perjalanan menyusuri sungai, hutan dan gunung membuat saya berpikir “Apakah saya bisa melewati ini dengan baik?”.

Sebulan tanpa sinyal dan tanpa informasi dari luar. Sebulan tidak mengabari orangtua di rumah. “Apakah saya sanggup hidup bersama warga desa yang belum saya kenal. Apakah saya…..? Apakah saya………….?

Banyak pikiran negatif yang mulai masuk saat itu. Tetapi, saya niatkan dari awal keberangkatan  “Indra kamu bisa melewati ini, kamu tidak sendirian disana”.

Sudah hampir penuh purnama ke-6 di 3R dan di desa. Saya senang menjalani kegiatan seperti ini. Bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang sehingga saya bisa berproses menjadi lebih baik.

Minat membaca buku anak-anak di desa Sarah Baru

Selama kami di desa ini (guru impian) minat baca anak-anak bisa dibilang sangat bagus. Anak-anak SD di kelas 5 dan 6 sangat antusias meminjam buku, apalagi kalau ada bacaan baru. Bagi anak kelas dibawahnya  yang belum bisa membaca mereka tetap kami arahkan untuk meminjam buku dan mengingatkan orangtuanya untuk membantu dalam memahami isi bacaan dalam buku tersebut.

Cara anak-anak menjaga buku

Untuk saat ini kami sedang berusaha mengarahkan anak-anak untuk menjaga buku yang dipinjamkan. Ada yang membawa tas untuk membawa buku dan ada juga yang memakai kantung plastik, ini sangat efektif digunakan jika sedang terjadi hujan. Terkadang juga saya melihat beberapa anak yang kurang menjaga bukunya, mulai dari menaruh buku dimana-mana setelah peminjaman, tidak membawa kantung plastik ketika hujan, sampai membuka lembaran buku yang tidak sesuai dengan apa yang kami katakan sehingga ujung lembaran buku menjadi terlipat. Bahkan sampai ada buku yang basah dan tidak tahu siapa yang punya. Usaha demi usaha yang sudah kami lakukan agar anak-anak tetap menjaga bukunya adalah dengan menegur langsung dan selalu mengingatkan mereka setiap memulai kelas dan mempraktikkan langsung bagaimana caranya membuka buku dengan baik.

Pengaruh bacaan buku untuk kemampuan membaca

Satu purnama sudah proses belajar dan mengajar kami lewati di desa ini. Saya melihat perkembangan membaca masih kurang pada beberapa anak. Untuk anak-anak kelas kelas 5 dan 6 SD serta SMP, mereka punya minat membaca dan meminjam buku setiap hari.

Ada juga ada anak kelas 2  SD  yang membuat saya terkesan. Namanya Arif. Arif sudah hampir lancar membaca dan dia sudah tahu apa isi dari buku yang dibacanya itu. Sempat beberapa kali saya membacakan buku ke anak-anak yang belum bisa membaca dan Arif saat itu berada didekat saya, lalu dia nyeletuk “saya sudah tahu ini ceritanya bang In.” Rupanya, memang dia rajin membaca, tidak hanya di perpustakaan tapi juga di rumah.

Ada juga Rital Alfan dan anak-anak kelas 6 SD yang sudah bisa membaca dan minat bacanya juga tidak kalah dengan anak-anak remaja SMP di Sarah Baru.

Minat membaca ini juga bisa mempengaruhi perilaku keseharian anak-anak di desa ini. Mereka yang sering dan suka membaca beda jauh sikap menghargai orang lain daripada mereka yang kurang berminat dalam membaca. Anak-anak seperti ini sering menghindar dan mengabaikan buku yang ada di depan matanya.

Ditulis oleh Purwadi Indra Atmaja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *