Harapan Untuk Baling Karang

untitled-0395

Suasana Desa Baling Karang

  Baling karang seperti rumah kedua bagi saya, sejak pertama sekali mengunjungi desa ini pada 2011 lalu banyak kesan yang tidak bisa saya lupakan dan membuat saya selalu ingin mengunjunginya kembali. Desa ini merupakan desa kecil yang hanya dihuni 58 keluarga yang terletak di pedalaman aceh, tidak ada jalur darat yang terhubung ke desa ini mugkin ini yang membuat daya tarik desa ini. Kami sudah 8 kali menunjungi desa ini. Dan Saya sangat senang kemah damai 2016 ini dilaksanakan di desa ini, ini merupakan kali kedua kemah damai dilaksanaakan disini.

dsc_0222

Anak-anak sedang membaca buku di Perpustakaan Damai Baling Karang

        Desa ini juga yang menginspirasi kita untuk mengembangkan perpustakaan kecil yang sampai saat ini sudah ada di beberapa daerah lain, bahkan program perpustakaan kecil ini akan kita kembangkan menjadi salah satu program utama 3R yang berubah nama menjadi “Pustaka Kampung Impian”. Perpustakaan baling karang merupakan yang paling aktif di antara yang lain, tapi fasilitasnya belum memadai. Kita hanya meminjamkan teras salah seorang warga untuk menyimpan buku-buku dan tempat anak-anak membaca. Harapan saya untuk dapat membangun tempat sendiri yang sedikit lebih besar yang nantinya tempat ini akan dijadikan pusat pendidikan dan budaya masyarakat baling karang.

????????????????????????????????????

Salah seorang masyarakat Baling Karang sedang mengangkut hasil panen sawit dengan kerbau

     Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya di desa ini pekerjaan utama masyarakatnya adalah ilegal logging dan kebun kelapa sawit. Kedua kegiatan ini kita sadar tidak baik untuk kehidupan yang berkelanjutan dan untuk masa depan kampung mereka.

      Tidak mudah mendapatkan buah dan sayur di desa ini, ini sangat memprihatinkan, apalagi budaya memberi sudah hilang dari desa ini yang kita ketahui budaya saling memberi merupakan keistiewaan desa. Saya kira kapitalisme dan memoisme sudah mulai meracuni desa ini. Suatu ketika, setiap hari sabtu ada truck yang membawa bahan makanan berjualan di seberang sungai, masyarakat baling karang belanja disana setiap minggu dengan menyeberangi sungai menggunakan getek (alat penyeberangan yang menggunakan katrol tanpa mesin). Ini merupakan pemandangan yang biasa di desa pedalaman seperti ini, tapi yang membuat ini tidak biasa ketika salah seorang ibu membeli kelapa dari truck tersebut sementara warga yang lain membawa kelapanya untuk dijual kepada pemilik truck. Dulu walaupun tidak memiliki pohon kelapa, untuk di kampung seperti ini kita tidak harus membeli, bisa minta ke tetangga atau kalau ada kelapa yang jatuh kita bisa mengambilnya, tapi sekarang tidak bisa karena kelapa sudah sudah ada harga. Ini sungguh sedih.

Sebelumnya kita sudah pernah berpikir untuk mengembangkan peternakan, pertanian organik, kerajinan kayu dan pengembangan tanaman buah secara mandiri. Saya sadar untuk mencapai ini sangat tidak mudah, walupun bigitu kami tidak boleh menyerah untuk menjaga kampung sendiri. Saya harap pustaka kecil ini menjadi tempat bagi pemuda-pemudi desa untuk berdiskusi bersama  dan mencari cara bagaimana memerhatikan keberlangsungan kehidupan.

Saya percaya dengan dukungan teman-teman tidak mustahil desa ini akan menjadi desa mandiri dengan memerhatikan keberlangsungan kehidupan.

dsc_0221

Evaluasi bersama peserta Aceh Peace Camp 2016

Seperti kemah-kemah sebelumnya kita mempersiapkan segala hal untuk keperluan kemah, dan tentunya masing-masing mempunyai harapan untuk kemah tahun ini. Bukan hanya kemah kali ini tapi juga kemah-kemah sebelumnya saya selalu berharap kemah damai ini dapat menginspirasi pemuda pemudi Aceh khususnya untuk menentukan pilihan hidup mereka kedepan. Ada 2 orang peserta yang sebelumnya tidak begitu tertarik dengan kemah ini yaitu Farhan dan Roja. Awalnya mereka hanya mengikuti ajakan teman, Farhan mengaku sebelumnya tidak pernah peduli dengan orang di sekitarnya namun setelah mengikuti kemah ini dia mulai membuka pikiran karena ternyata banyak hal didunia ini yang belum dia ketahui didapatkan di kemah ini. Lain halnya dengan Roja, awalnya dia terkejut mendengar bahwa kemah ini dilaksanakan 2 minggu, terlalu lama menurut dia, tapi akhirnya dia memutuskan untuk ikut. Setelah dijalani selama 2minggu kebersamaan dengan relawan yang lainnya dan masyarakat desa dia merasa waktu kebersamaan ini sangat singkat dan merekomendasikan supaya diperpanjang untuk kemah tahun berikutnya. Ini hanya sebagian kecil cerita tentang sukarelawan kemah damai 2016.

Perdamaian tidak terepas dari kesejahteraan.

Mari kita siapkan kehidupan yang layak untuk keberlangsungan bumi dan anak cucu kita. (Romi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *