Pustaka Kampung Impian adalah sebuah harapan saya kepada anak-anak Rinon. Saya ada karena adanya pustaka kampung impian. Sejak bulan 12 saya bergabung dengan anak-anak untuk mendidik mereka dari yang kecil hingga yang besar. Ketika pertama kali saya menjadi pustakawan, saya merasa sangat sedih karena sebagian anak belum bisa membaca dari kelas 1 sampai kelas 4 dan sebagian kelas 5 belum bisa membaca. Saya mengajarkan anak-anak itu hari demi hari dan sedikit demi sedikit agar mereka bisa mengenal huruf dan angka.
Hari berganti bulan. Setiap hari saya mengajar seperti biasa. Membaca, menulis, matematika, menggambar juga mewarnai adalah aktivitas rutin yang menjadi bahan belajar. Sangat sulit bagi saya jika anak-anak banyak yang datang karena saya sendiri terbatas dalam mengontrol mereka. Walaupun sulit tapi saya tetap tabah menghadapi tantangan itu. Ketika pertama kali menjadi pustakawan saya merasa sangat sulit karena anak-anak belum memahami yang saya ajarkan seperti perkalian untuk kelas II, III dan IV. Ketika belajar perkalian anak-anak sangat diam dan tidak konsentrasi. Beberapa ruang di pustaka saya manfaatkan sebagai tempat anak-anak belajar secara berkelompok. Anak kelas rendah belajar di kamar, teras untuk anak yang belajar membaca dan ruang tamu untuk anak kelas IV dan V.
Setelah berbulan-bulan pustaka berjalan, anak-anak menjadi sangat rajin belajar di pustaka dan bahkan mereka datang sebelum waktunya. Hamper setiap hari mereka menjemput saya. Kadang saya belum sempat makan siang karena telat pulang dari sekolah dan terpaksa saya juga harus ikut mereka. Saya takut anak-anak tidak akan hadir lagi jika tidak dituruti. Tidak hanya itu, semakin hari anak-anak mulai terlihat perubahan dari segi akhlak dan sifatnya karena saya juga memberi masukan agar mereka patuh kepada yang lebih tua.
Tahun ini, anak-anak semakin berubah dan semakin meningkat dari segi membaca dan matematika. Anak-anak di kelas rendah juga sudah bisa membaca. tapi yang sulitnya adalah anak-anak banyak datang dari kelas yang berbeda. Cara belajarnya juga berbeda jika mereka semua belum paham harus dipisah-pisahkan per kelas. Walaupun begitu saya tetap semangat demai anak-anak agar mereka bisa membaca.
Semoga anak-anak tetap semangat ke depannya supaya bisa membaca. Setiap hari saya berpesan kepada mereka dan saya memberikan contoh bahwa orang rajin itu menerangkan ibarat lampu yang sedang menyala. Begitu juga sebaliknya, orang malas itu ibarat lampu yang redup akan menyebabkan kegelapan. Selama setahun saya bersama anak-anak ada senang, susah dan bermacam pula yang saya rasakan. Ada manis dan ada pahit. Demi masa depan kampung Rinon yang lebih cerah.
16 Oktober 2017 |
Penulis Mariati (penjaga Pustaka Kampung Impian Desa Rinon Pulo Aceh Aceh Besar)