Festival Pustaka Kampung Impian (PKIP) kembali dilaksanakan pada tanggal 14-15 Januari 2023 bertempat di Museum Tsunami Banda Aceh. Kegiatan puncak terselenggara dalam dua hari saja namun adik-adik dari berbagai Desa sudah menapakkan kaki di Rumah Relawan Remaja (3R) sejak tanggal 12 Januari. Bukan hanya itu, persiapan untuk melaksanakan kegiatan ini sudah dimulai dari akhir bulan Oktober 2022. Persiapan yang matang serta diskusi pemilihan metode dalam menyelenggarakan sebuah acara akan menentukan tingkat keberhasilannya.
Tema Festival PKIP tahun ini bertajuk “Desaku Sekolahku” dengan mempertimbangkan kondisi alam desa berpotensi menjadi bahan belajar adik-adik yang menempati daerah mereka masing-masing. Pepatah mengatakan bahwa alam sudah menyediakan segalanya. Hal itu menuntun kita untuk terus peduli dengan alam dan manfaatkan sebaik mungkin. Tempat asal yang tersedia begitu banyak ilmu sudah sepatutnya dijadikan batu loncatan untuk meraih kesuksesan.
Ragam kegiatan yang diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi atas keinginan dan keyakinan adik-adik desa yang sudah berusaha semaksimal mungkin. Mengikuti kelas belajar di Pustaka Kampung Impian setiap hari memberikan dampak positif bagi mereka. Banyak hal yang bisa mereka kembangkan sehingga kesempatan dalam berkontribusi memajukan pendidikan diwilayah mereka sendiri terasa nyata. Pertunjukan berbagai tarian daerah, puisi hasil karangan, perlombaan mereview buku dan perlombaan bercerita merupakan salah satu bentuk keberhasilan adik-adik desa dalam menunjukkan kemampuan mereka. Tak ada salahnya letak tempat tinggal jauh dari ibu kota jika keinginan belajar besar. Tatkala masa kini banyak generasi muda mengandrungi gaya hidup modern, adik-adik dari Desa untuk bisa mendatangi pusat ibu kota provinsi saja sudah luar biasa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, terselenggaralah kegiatan festival luar biasa ini. Penampilan yang mencirikan khas wilayah juga sebagai bentuk menanamkan cinta tanah asal kepada generasi muda agar terus berkarya dengan mempertahankan nilai-nilai budaya yang sudah ada.
Selama kegiatan berlangsung jelas terlihat raut wajah bahagia dan rasa syukur dari mereka. Adik-adik dari pelosok Desa Baling Karang, Aceh Tamiang bahagia bisa menampilkan budaya perpaduan antara melayu dengan suku Gayo khas mereka. Ada pula adik-adik dari pendalaman Aceh Tengah, Desa Bah dan Desa Serempah senang dengan penampilan tarian khas Gayo. Begitu pula dengan adik-adik dari daerah terisolir Aceh Selatan, Desa Sarah Baru gembira dengan kesempatan menceritakan keunikan desanya yang asri. Hal yang sama juga dirasakan oleh adik-adik dari Desa Lapeng yang bangga dengan penampilan tarian khas Aceh Likok Pulo dan Ranup Lampuan. Usaha maksimal mereka curahkan dengan penuh harap akhirnya terbayar lunas dengan tepukan tangan meriah dari penonton setiap kali penampilan berakhir.
Minggu petang acara puncak festival berakhir dengan rasa bangga dan penuh keceriaan. Rasa terima kasih atas kesempatan dari adik-adik Desa selaras dengan rasa bangga dari 3R. Berakhirnya festival yang sudah ke-6 kalinya dan merupakan festival offline ketiga ini akan menjadi awal untuk perjuangan lainnya. Kelak, disaat ruang apresiasi ini kembali akan banyak penampilan dan potensi yang akan dipentaskan.
Ditulis oleh Nani Zahra