Pameran virtual Karya Pustaka Kampung Impian masih terus dilaksanakan hingga hari ini (Selasa, 13/7) dengan berbagai rangkaian acara di sekretariat Rumah Relawan Remaja (3R) desa Lam Lumpu Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Hari ini merupakan hari kedua pelaksanaan pameran virtual yang diisi dengan webinar Seri ke 2 masih dengan tema yang sama yaitu “Pendidikan Alternatif” yang diisi oleh pemateri-pemateri yang sangat luar biasa dari latar belakang pendidikan alternatif. Hari ini juga terdiri dari tiga pemateri. Pemateri pertama diisi oleh Nanda Rahmat Anwar. Bang Nanda merupakan alumni guru impian dari Rumah Relawan Remaja Sendiri angkatan 1 dan 2 pada tahun 2016-2018. Beliau juga merupakan Koordinator Pustaka Kampung Impian sejak tahun 2018 hingga sekarang. Bang Nanda memaparkan tentang kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di desa-desa lokasi Pustaka Kampung Impian 3R yang terdiri dari 6 desa di 4 kabupaten Provinsi Aceh. Dalam proses belajar mengajar program PKIP ini guru impian (relawan) tinggal bersama masyarakat setempat selama satu bulan. Para guru impian di sini membersamai dan beradaptasi dengan masyarakat desa penempatan dan terlibat dalam berbagai kegiatan. Proses belajar bersama anak-anak terdiri dari berbagai kegiatan. Kategori dalam proses belajar mengajar di bagi ke dalam tiga kelompok, yaitu Kelas Membaca Dasar, Kelas Membaca Lanjut, dan Kelas Menulis. Kelas Membaca Dasar terdiri dari anak-anak yang belum mengenal huruf dan belum bisa membaca. Kelas Membaca Lanjut, kelas membaca lanjut terdiri dari anak-anak yang sudah bisa membaca namun belum lancar. Kelas Menulis terdiri dari anak-anak yang sudah bisa membaca dan sudah bisa mengembangkan imajinasinya dalam menulis. Selain kelas membaca dasar, lanjut dan menulis juga ada kelas Seni Budaya, Kelas Prakarya, Kelas Fotografi dan Kelas Ini Ibu-Ibu.
Pemateri kedua diisi oleh Kak Yosefa Anandita, seorang relawan dari komunitas Papua Hei. Kak Yosefa mengajar di salah satu desa tepatnya di Setui. Dalam proses belajar mengajar di sini belajar tentang calistung (baca, tulis, hitung) yang terdiri dari tiga level yaitu level 1 belajar membaca, level dua belajar memahami membaca, dan level 3 belajar menghitung. Masing-masing peserta didik dikategorikan sesuai kemampuannya.
Pendidikan alternatif menurut kak Yosefa berarti sejumlah besar program atau cara pemberdayaan peserta didik yang dilakukan berbeda dengan cara tradisional. Papua Hei itu sendiri berarti Papua memanggil. Artinya komunitas ini mengajak dan menerima semua yang mau belajar bersama. Ada beberapa pendekatan yang dipakai di komunitas Papua Hei diantaranya bersifat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga dan peserta didik. Selain itu juga dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman. Di sini kak Yosefa juga menjelaskan bahwa pendidikan alternatif bukanlah pengganti sekolah formal. Misi Papua Hei mempunyai visi menghimpun anak-anak Papua untuk belajar bersama di komunitas. Yang kedua mengembangkan potensi dan talenta anak-anak komunitas sesuai bakat dan minatnya. Yang ketiga adalah menolong peserta komunitas memenuhi setiap kebutuhan untuk mewujudkan potensi dan talentanya melalui sarana dan prasarana yang diupayakan oleh komunitas. Kak Yosefa juga menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang relawan (guru impian) yang penting keinginan dalam diri, komitmen untuk membersamai anak-anak dalam pendidikan alternatif dengan sepenuh hati.
Pemateri ketiga diisi oleh Kak Lily Yulianti yang merupakan pendiri Makassar Internasional Writers Festival yang sekarang menetap di Australia. Kak Lily yang sudah berpengalaman menjadi mentor pada berbagai kegiatan kerelawananan memaparkan bahwa tidak hanya peserta didik yang perlu dipahamkan tentang pendidikan alternative, tapi juga gurunya.
Sesi webinar virtual hari ini diikuti hingga 72 peserta dari beragam latar belakang dari berbagai penjuru negeri.