Menjadi Relawan di Desa Lapeng

Ditulis oleh: Andri Darmawan

Kegiatan belajar membaca anak anak bersama relawan (Foto: Kasumah/3R)

Perjalanan aku kali ini  ialah desa Lapeng, desa yang terletak di Pulo Aceh, salah satu pulau paling barat di Indonesia. Ini merupakan kali pertama aku untuk menginjakkan kakiku di Pulo Aceh. Aku datang sebagai relawan guru impian dari Rumah Relawan Remaja (3R). Aku tidak sendirian, melainkan ada teman yang berjumlah 3 orang lainnya. Sebelum penempatan di desa Lapeng, aku dan teman-teman dibekali oleh orientasi fisik dan kurikulum terlebih dahulu di sekretariat 3R.

Desa Lapeng merupakan desa yang pernah diterpa bencana tsunami pada tahun 2004 yang membuat desa tersebut harus mengalami kerusakan yang parah, Desa Lapeng termasuk ke desa yang terisolir karena beberapa fasilitas publik yang kurang memadai. Untuk menuju ke desa Lapeng, aku dan teman-temanku harus naik perahu besar yang merupakan akses satu-satunya ke Pulo Aceh. Perjalananku dimulai dari sekretariat menuju Lampulo, tempat persandaran perahu-perahu besar baik itu untuk mencari ikan ataupun perahu angkutan barang dan penumpang untuk ke Pulo Aceh. Setibanya di Lampulo, kami pun mengangkut barang perlengkapan kami satu per satu ke perahu tersebut. Tidak lama kemudian, perahu pun mulai dihidupkan.

Penyeberangan ke Pulo Aceh pun dimulai yang kiranya kurang lebih akan memakan waktu tempuh selama 2 jam. Saat di perjalanan, aku hanya menikmati keindahan panaroma laut dan pegunungan yang tampak dari kejauhan. Tak hanya itu saja, aku juga bisa melihat bangunan-bangunan kota Banda Aceh. Keindahan yang aku tatapi sepanjang perjalanan membuat tumbuh rasa semangatku untuk segera sampai di desa Lapeng, Saat-saat rasa semangat tumbuh di tengah perjalanan, aku dan penumpang kapal lainnya diterpa derasnya hujan. Namun, itu bukan masalah besar. Aku dan teman-teman segera mengamankan barang-barang kami agar tidak kebasahan. Usai hujan reda, kapal terasa semakin mendekati Pulo Aceh.

Tidak lama kemudian, sampailah aku dan teman-teman di pelabuhan Lampuyang. Tibanya di Lampuyang, perjalanan kami belumlah usai. Kami harus melakukan perjalanan laut sekali lagi karena jembatan untuk ke desa Lapeng masih dalam tahap perbaikan. Kami pun memindahkan semua barang kami ke sebuah kapal kecil (perahu). Perjalanan dari pelabuhan Lampuyang ke desa Lapeng mengunakan perahu membutukan waktu 15 menit. Sepanjang perjalanan, kembali aku merasa takjub menikmati keindahan alam.

Tak terasa, tibalah kami di Lapeng. Saat tiba, aku pun langsung bertegur sapa pada masyarakat yang kutemui. Namun karna waktu yang semakin sore, maka kami bergegas menuju Pustaka Kampung Impian yang ada di desa Lapeng ini.

Keseokan harinya, aku dan teman-teman langsung berkunjung ke beberapa rumah masyarakat untuk bersilaturahmi Saat kami bertamu, mereka begitu ramah. Tak heran, karena Pustaka Kampung Impian sudah lama berdiri di desa Lapeng yaitu pada tahun 2016

Warga lapeng juga banyak membantu kami untuk kebutuhan perlengkapan memasak seperti, meminjamkan kompor gas, wajan,, dan barang-barang lainnnya.

Hari untuk bertemu dengan anak-anak pun tiba. Kami harus pergi ke sekolah dahulu untuk memberi informasi bahwa kegiatan belajar dan mengajar akan dimulai di hari itu pada jam 2 siang. Di siang harinya saat jadwal waktu kegiatan sudah dimulai. Anak-anak berdatangan ke pustaka. Setelah anak-anak yang datang sudah ramai, hal yang kami lakukan pertama ialah mengajak anak-anak untuk membaca. Kami juga membantu bagi anak-anak yang susah dalam membaca maupun mengeja tulisan. Usai membaca, hal yang kami lakukan selanjutnya ialah ice breaking agar anak-anak lebih semangat saat sesi pembelajaran. Setelah itu, pembagian kelas pun dilakukan. Aku akan bersama anak-anak membaca lanjut.

* * *

Di kelas membaca lanjut, aku mengajak anak-anak untuk belajar di pinggir sungai agar suasana alam bisa membuat kita belajar dengan santai. Saat pembelajaran, aku agak terkendala dengan bahasa daerah mereka. Meskipun begitu, aku berusaha untuk memahami maksud mereka. Begitu pun sebaliknya. Alhamdulilah, mereka masih bisa memahami arahanku..

Di kelas, aku menemukan anak yang masih terbata-bata saat membaca dan juga kesulitan dalam menulis yang benar. Aku pun perlahan-lahan memberi arahan. Ada juga anak yang sebentar-sebentar bertanya kepadaku tentang benar atau tidaknya tulisan yang ia buat. Saat jam belajar, banyak anak yang berlari kesana kemari, juga ada yang memanjat pohon. Dengan sabar dan ketenangan, aku berusaha untuk membuat suasana kondusif.

Pada hari kedua dan seterusnya hingga hari ini aku dan kawan-kawan serta anak-anak masih dalam keadaan pembelajaran yang baik-baik saja. Anak-anak masih banyak yang berdatangan dengan semangatnya. Beberapa hari yang telah aku lalui, banyak hal yang aku dapat dari mereka. Ada yang sangat aktif, malu, serta yang kesusahan dalam membaca mengeja dan juga menulis. Meskipun begitu, anak-anak tetap semangat untuk belajar yang membuat aku menjadi semakin semangat .

* * *

Membuat prakarya di alam (Foto: Kasumah/3R)

Selama berada di desa Lapeng, aku merasakan suasana baru yang banyak mengajarkanku tentang hal-hal baru. Aku bisa melihat anak-anak yang begitu antusias saat datang ke pustaka untuk belajar. Tidak hanya dari anak-anak saja, tapi masyarakat Lapeng begitu banyak memberi pelajaran bagiku. Mulai dari cara bersosialisasi, berbudaya, bahasa yang sangat jauh berbeda dari diriku sendiri dan hidup sederhana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *