Ditulis oleh: Hilma Mahfuzah
Pemberangkatan dimulai pukul 20:15 WIB (3 Oktober 2020) dan sampai ke tujuan awal pukul jam 04:00 di rumah bang Indra (salah satu relawan Guru Impian tahun lalu). Kemudian, aku dan tim yang diberangkatkan ke Baling Karang beristirahat dan rencananya akan melanjutkan perjalanan menuju desa pada pukul 14:00. Kondisi hujan sepanjang hari membuat mobil jemputan tidak bisa datang sehingga keberangkatan kami ditunda satu hari lagi. Keesokan harinya, cuaca begitu cerah tapi kendalanya mobil yang sudah kami pesan sejak kemarin memberikan tumpangan untuk penumpang yang lain. Sehingga kami tidak memungkinkan lagi jika harus menumpang di mobil itu. Mendengar hal demikian, pak Datok (Kepala desa Baling Karang) akhirnya turun tangan sendiri menjemput kami dengan mobilnya. Pukul 17:00, Pak Datok sampai dan kami langsung berpamitan ke keluarganya bang Indra, kemudian melanjutkan perjalanan yang memakan waktu 2 jam lebih. Perjalanan yang jauh juga jalan yang becek, sesekali jalannya menanjak dan menurun dengan dikelilingi lumpur yang luar biasa banyak sebab hujan yang tak reda sejak kemarin.
Pukul 20:15 WIB, kami sampai di perbatasan desa Baling Karang. Untuk menuju ke desa itu, kami harus melalui getek (alat transportasi menyeberangi sungai). Ternyata, hujan deras kemarin membuat sungai banjir. Airnya deras sekali sehingga tidak terlihat pantai di sekeliling sungai. Akhirnya, mobil pak Datok harus ditinggalkan disitu, tidak bisa melewati sungai dengan getek sebab kondisinya banjir. Akhirnya, kami hanya membawa ransel, barang-barang lainnya kami simpan di mobil pak Datok. Keesokan harinya baru kami ambil.
Saat getek sampai di tepi sungai yang hendak menjemput kami, ternyata Bu Datok sudah ada di sana dengan senyum indah di wajahnya. Setelah melewati sungai dengan getek, kami berjalan kaki menuju rumahnya Bu Datok. Sambutan Bu Datok begitu hangat, meskipun ini adalah kali pertama jumpa, tapi seakan-akan seperti kawan yang sudah lama tak bersua. Kami disuguhkan makanan yang lezat yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah makan malam, kami pun istirahat.
Hari-hari aku lalui disini. Suasana kampung yang berbeda dengan sambutan hangat dari masyarakat terasa kembali ke kampung halaman. Nyaman sekali. Aku tidak segan untuk menyapa, berkenalan, bertanya kabar bahkan bertanya banyak hal. Respon masyarakat begitu hangat. Antusiasnya mereka saat bercerita tentang desa, perekonomian di kampung, kondisi masyarakat membuatku menemukan banyak pengetahuan dan pengalaman.
Anak-anak di desa ini memiliki semangat yang besar untuk belajar. Aku melihat perjuangan mereka saat pergi ke sekolah dengan jalan kaki kemudian menyeberangi sungai dengan getek, sungguh luar biasa. Perjalanan panjang seperti itu tak jarang membuat mereka terlambat ke sekolah. Jika airnya pasang, getek tidak bisa menyeberangi sungai, kalau sudah seperti itu mereka terpaksa pulang dan tidak ke sekolah. Begitulah seterusnya. Aku terharu dan tertegun melihat hal itu. Membuatku teringat dulu perjuanganku saat ke sekolah tidak sesulit itu. Terkadang kita perlu melangkah lebih jauh bukan hanya sekadar menghilangkan pikiran yang terlalu jenuh. Tapi untuk menyadari dan bersyukur bahwa Allah menghidangkan kronologi kehidupan sesuai yang kita butuh. Belajar banyak dari semesta bahwa di sudut-sudut dunia ada tempat untuk kita berbagi perhatian, kasih sayang dan pelajaran. Selanjutnya agar kita sadar bahwa belajar tidak melulu di tempat formal. Rasanya belajar langsung dari mereka yang sudah berpengalaman mengemudi jalan kehidupan akan membuat kita lebih dekat dengan Tuhan. Aku mendapatkan itu di sini, di Baling Karang. Aku bahagia di sini. Jika nanti waktuku habis, maka aku tidak ingin pulang sendirian. Aku ingin ditemani oleh segudang tas ransel pengetahuan dan pengalaman untuk menjumpai Tuhan.