Dunia sedang berkecamuk untuk menunjukkan siapa yang paling kuat diantara yang lainnya. Ini adalah pergulatan memperebutkan status yang menjamin kelangsungan hidup warga negara. Satu sama lain tidak memperebutkan tahta kerajaan lagi seperti yang pernah terjadi pada masa-masa kerajaan dunia. Ini bukanlah lagi masa penjajahan yang menunjukkan kekuatan berdasarkan jumlah negara yang dijajah. Ini adalah pertempuran harga diri dengan tetap menjadikan negara sebagai yang utama diantara yang lainnya. Maka tidak heran kita jumpai bahwa dalam peradaban ini, nyawa bukan lagi masalah, penghancuran skala besar bukan lagi menjadi perdebatan.
Setiap negara bertahan dengan melibatkan jin-jin modern untuk menggaet kemenangan diantara sesamanya. Jin-jin robot dan mesin canggih adalah pertahanan utama masyarakat dunia kita. Kita mengagumi yang namanya robot tentara yang mampu menembakkan peluru hingga meluluhlantakkan satu kota dan mengagumi telepon genggam menjadi primadona yang menjadi mata-mata bagi sebagian orang untuk mengontrol aktivitas warga negaranya.
Baru-baru ini pergulatan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran memancing pandangan kita terhadap keyakinan bahwa dunia memang sedang tidak baik-baik saja. presiden Donald Trump perintahkan serangan roket di dekat Bandara Baghdad Irak yang menewaskan komandan militer tertinggi Iran, Qassem Soleimani. Serangan itu dilakukan atas dasar upaya pertahanan karena Soleimani merencanakan berbagai serangan kepada AS, salah satunya pembakaran kedubes Amerika di Baghdad.
Presiden Trump mengumumkan bahwa serangan yang dilakukan terhadap tentara Iran dan menewaskan Jenderal Qasem Soleimani adalah upaya pertahanan karena sebelumnya Iran diduga melakukan aksi berbau terorisme. Serangan ini membangunkan mata para warga internasional untuk percaya pada spekulasi akan terjadinya perang dunia tiga.
Negara super power, demikianlah kita sering menyebut AS sebagai yang memiliki kekuatan besar di dunia. Saya hanya tidak bisa meyakini bahwa apa yang saya sebut panggilan nurani sebagai manusia benar-benar dibutuhkan alam ini. Negara dengan pertahanan terkuat mencoba mengelabui musuhnya dengan memasang wajah polos sebagai pemimpin tertinggi lalu membuat orang-orang yakin bahwa ia akan meredam konflik ini, tidak akan melakukan serangan balasan. Anehnya kita percaya bahwa orang yang jelas melakukan perbuatan memuakkan ingin berdamai di saat yang bersamaan. Secara jelas sekali bahwa politik itu berbarengan dengan kecerdasan tapi bertolak belakang dengan moral sebagai manusia.
Pergulatan politik dunia bukan hanya tentang siapa yang harus menang melainkan tentang sebuah pengukuhan siapa yang paling kuat sehingga negara lainnya akan tunduk di bawah pengaruh yang berkuasa. Kekuasaan bukan hanya sebatas mengendalikan warga negara, tapi lebih besar dari itu yaitu untuk mengendalikan warga dunia.
Kita melihat dunia sebagaimana seorang penggemar aktor terkenal yang tengah bersandiwara dalam adegan film. Segala tetek bengek politik yang menggema di telinga seolah sudah menjadi hiasan dalam setiap adegan. Kita menyaksikan pemeran utama dalam adegan ini adalah ia yang memiliki kekuasaan tertinggi. Seorang pemimpin dan pejabat-pejabat yang “berselingkuh: dengan segala kebusukan mereka. Beragam taktik telah berhasil dilewati sehingga ia tetap menjadi pemeran utama yang utuh di film ini.
Nasib kita kini telah berubah. Kita berada pada keputusan para pemimpin. Entah berapa lama kehidupan ini akan benar-benar tak lagi bisa kita miliki. Jika sudah begini maka tak perlulah lagi kita bercermin ria untuk mempercantik diri karena yang kita takutkan saat itu bukan lagi wajah jelek melainkan nyawa. Bagaimana caranya agar kita bisa kabur dari peperangan agar kita tidak merasa lapar di tengah peperangan yang mengerikan itu. Sementara yang membuat segala kehancuran sedang bersantai menikmati segelas bir merah yang meleleh di sekitar jenggotnya.
Tak perlulah kita berharap bahwa dunia akan membaik jika hanya sekadar memandang di layar televisi lalu membuat perdebatan kusir antar sesamanya. Masing-masing dari kita juga tetap ingin mempertahankan argumentasi awalnya agar ia tidak dipermalukan.
Bukan soal apakah sebaiknya kita tak perlu berusaha merancang perubahan, tapi perancangan yang matang seorang jenius sekalipun tak akan menyelesaikan segala persengketa dunia saat ini, baik antara AS dan Iran atau antara AS dan Rusia. Toh semua negara tersebut adalah negara yang memiliki senjata tersembunyi masing-masing yang disimpan rapat untuk berjaga dari serigala betina yang hendak melawan.
Ditulis oleh Kasumah