Lapeng adalah salah satu desa terpencil yang ada di Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, saat ini saya sedang berada di desa Lapeng, keseharian masyarakat di sini adalah melaut dan bertani.
Lapeng merupakan desa ke-5 bagiku selama bergabung menjadi relawan Guru Impian. Pada tanggal 15 Mei 2022, kami berangkat dari Rumah Relawan Remaja (3R) menuju ke Pulo Aceh menggunakan bot kayu (sebutan untuk kapal angkutan umum yang menjadi moda transportasi utama ke pualu) atau bot ikan melalui jalur Pelabuhan Lampulo Banda Aceh menuju ke Pelabuan Gugop di Pulau Breuh.
Bagi saya, pengalaman menapakkan kaki di Pulo Aceh adalah pertama kalinya. Berada di sini terasa berbeda dibandingkan penempatan sebelumnya apalagi bahasa yang sehari-hari digunakan adalah Bahasa Aceh, yang juga merupakan bahasa yang sering saya gunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Pada awal minggu, sangat tidak mudah untuk beragul dengan pemuda di sini. Saya pun mencoba ikut bermain bola voli dan bola kaki dengan mereka sehingga komunikasi bisa tercipta.
Berbicara tentang pendidikan, di Desa Lapeng hanya ada sekolah tingkat dasar atau SD. Untuk lanjut ke sekolah lanjutan, harus ke tempat lain. Ada yang lanjut ke dayah atau pesantren, ada juga yang lanjut ke sekolah umum.
Adapun mata pencarian masyarakat Desa Lapeng, sebagian besar lebih memilih melaut sebagian lagi sudah mulai berkebun dengan menanam cabe, jagung dan sayur mayur. Sedangkan, kebanyakan pemuda suka melaut. Apalagi, kali ini sedang musim angin timur sehingga setiap hari mereka melaut untuk mencari gurita. Biasanya, mereka pergi jam 8 pagi, pulang sekitar jam 5 sore. Pendapatan bisa dikisaran 750.000 per hari. Nominal yang cukup menggiurkan, menurut hemat saya.
Saya juga ingin menceritakan kisah Bang Usup dengan kebiasaannya menyelam tanpa tabung oksigen. Kebiasaannya ini membuat saya ngilu. Dia menyelam sama seperti yang lainnya, dari jam 8 pagi sampai 5 sore hanya menggunakan kacamata renang dan sepatu dari arah Lampuyang sampai ke Desa Lapeng. Kadang, terlihat gurat kelelahan di raut wajahnya. Meski begitu, kadang saat makan, dia terkadang harus berhenti sejenak agak nasi bisa tertelan.
Selama penempatan 1 bulan di sini, saya melihat kentalnya adat melaut di desa ini. Beberapa peraturan tertulis dan bisa dibaca khalayak di area pelabuhan. Dari beberapa peraturan itu, saya berharap peraturan untuk tidak menggunakan bius ikan, bom ikan, pukat harimau dan lain-lain dilaksanakan dengan sebenar-benarnya.
* * *
Sifat kekeluargaan, saling bantu-membantu dan keinginan bergotongroyong masih sangat kental terlihat di sini. Selain itu, keramahtamahan juga mudah terlihat di wajah masyarakat, apalagi semakin banyak organisasi/komunitas selain Rumah Relawan Remaja yang mulai berdatangan ke desa ini.
Satu hal yang masih disayangkan adalah kondisi pelayanan kesehatan masyarakat yang belum mendapatkan akses yang baik. Saat saya menanyai beberapa warga, mereka telah memiliki KIS atau BPSJ namun masih jarang digunakan karena akses kesehatan yang jauh. Bahkan, kalaupun harus berobat intensif, masyarakat harus dirujuk ke Banda Aceh. Selain ketiadaan pusat kesehatan, tenaga SDM belum ada di tempat ini.
Terkait dengan pemenuhan pengobatan selain medis, pengobatan tradisional seperti menggunakan mantra atau ragam herbal yang tersedia di desa ini masih menjadi pilihan.
Beruntung saat ini, sudah ada satu Ambulance Laut untuk lebih mendekatkan akses Kesehatan dengan fasilitas antar jemput dari Pulo Breuh ke Banda Aceh.
* * *
Saat ini, Desa Lapeng semakin sering dikunjungi oleh masyarakat umum, bahkan dari luar Pulo Breuh. Apalagi, akses jalan yang telah diperbaiki semakin mempermudah rute menuju desa ini. Dukungan aparatur desa khususnya Kepala Desa yang sangat optimal khususnya kegiatan-kegiatan bersama anak-anak, pemuda dan masyarakat mendorong banyak orang datang membuat kegiatan di sini.
Saya pribadi berharap bahwa kedepannya, generasi-generasi muda yang ada di Desa Lapeng ini mampu mempertahankan kondisi sosial masyarakat yang kaya akan hasil alam darat dan laut dilengkapi keramahan dan kekeluargaan erat untuk membangun desa Lapeng menjadi desa yang berdaya.
ditulis oleh Tajudin